
Di era serba digital seperti sekarang, bisnis online tumbuh pesat. Mulai dari toko online hingga bisnis kuliner, semua berlomba-lomba menyediakan layanan cepat dan mudah lewat aplikasi. Tapi di balik kemudahan itu, muncul satu ancaman baru yang sering luput dari perhatian pelaku usaha: order fiktif.
Istilah ini mungkin sudah sering terdengar, tapi banyak pelaku bisnis yang belum benar-benar memahami seberapa besar dampaknya terhadap operasional dan reputasi usaha. Yuk, kita bahas secara mendalam apa itu order fiktif, bagaimana cara mengenalinya, dan strategi terbaik untuk mencegahnya.
Apa Itu Order Fiktif?
Secara sederhana, order fiktif adalah pesanan palsu yang dibuat oleh pihak yang tidak berniat membeli atau menerima produk/jasa yang dipesan.
Dalam konteks marketplace, order fiktif biasanya terjadi ketika seseorang membuat pesanan tanpa melakukan pembayaran yang sah atau menggunakan identitas palsu. Kadang juga dilakukan oleh oknum kompetitor untuk menjatuhkan reputasi toko.
Sedangkan dalam bisnis kuliner, order fiktif bisa terjadi saat pelanggan memesan makanan melalui aplikasi online, namun alamat atau nomor kontak yang diberikan tidak valid. Akibatnya, makanan sudah diproduksi, kurir sudah dikirim, tapi pelanggan tak pernah bisa dihubungi, dan semua biaya ditanggung oleh penjual.
Baca Juga: Revenue Adalah Pondasi Keuangan Bisnis: Pengertian, Jenis, dan Contoh
Studi Kasus Nyata: Order Fiktif di Indonesia
- Kasus besar di Jawa Timur — Order Makanan Fiktif senilai ± Rp 2,2 Miliar
Di Surabaya/Jawa Timur, Polda Jatim membongkar sindikat pesanan fiktif terhadap aplikasi GoFood. Pelaku membuat 95 akun fiktif dan juga merchant fiktif dengan jumlah transaksi fiktif yang dilakukan: 107.066 pembelian. - Viral “Order Fiktif Makanan Rp500.000” di Tangerang
Sebuah kejadian viral di media sosial, di mana seseorang menerima tiga pengiriman makanan melalui Grab / Gojek dengan total hampir Rp 500.000 meski tidak memesan. Kompas melaporkan kronologinya dan respon dari pihak Grab & Gojek. - Modus laporan palsu pelanggan restoran di Malang
Seorang pedagang resto kecil di Malang mengungkap bahwa ada pelanggan yang membuat klaim palsu (mengatakan pesanan kurang atau salah) padahal pesanan telah lengkap, demi mendapatkan makanan gratis atau kompensasi. - Curhatan “diteror” order fiktif berulang di satu alamat
Seorang warga bernama Wilandini menceritakan bahwa dalam satu hari ia menerima 11 order fiktif makanan menuju alamatnya, meskipun tidak memesan. Total kerugiannya sekitar Rp 1.650.000. - Order fiktif dalam marketplace & reseller kosmetik (Solo / Madiun)
Seorang reseller kosmetik di Solo, Jawa Tengah ditangkap karena melakukan order fiktif terhadap driver ojol. - Pelaku Gojek memakai kartu SIM terdaftar milik orang lain dan memanipulasi akun
Sebuah kasus dimana pelaku menggunakan 8.850 kartu SIM Axis yang telah teregistrasi atas nama orang lain, membuat akun-akun “bodong”, dan memanipulasi order untuk mendapatkan keuntungan. Total omzet achievannya mencapai sekitar Rp 400 juta
Kerugian? Tak hanya bahan baku dan ongkos produksi yang terbuang, tapi juga reputasi di platform online yang ikut terdampak karena sistem tetap mencatat transaksi sebagai “gagal kirim”.
Kasus serupa juga terjadi di marketplace, di mana order fiktif dilakukan untuk memanipulasi rating. Oknum bisa saja membuat akun palsu, membeli produk sendiri, lalu memberikan ulasan palsu untuk menaikkan (atau malah menjatuhkan) rating toko pesaing.
Kerugian yang Ditimbulkan Akibat Order Fiktif

- Kerugian Finansial Langsung
Bahan, ongkos kirim, dan biaya operasional sudah dikeluarkan, tapi tidak ada pemasukan sama sekali. - Reputasi Bisnis Menurun
Banyak pesanan gagal kirim bisa menurunkan kepercayaan pelanggan dan membuat rating toko merosot. - Gangguan Sistem dan Data Keuangan
Order fiktif bisa menciptakan anomali dalam laporan keuangan dan stok. Jika tidak terdeteksi sejak awal, bisnis bisa salah mengambil keputusan berdasarkan data yang keliru. - Moral Tim Menurun
Karyawan yang sudah bekerja keras menyiapkan pesanan bisa kehilangan semangat karena merasa usaha mereka sia-sia.
Cara Deteksi Order Fiktif Sejak Dini
Untungnya, ada beberapa tanda-tanda yang bisa dikenali untuk mendeteksi order fiktif:
- Alamat atau Nomor Telepon Tidak Konsisten
Jika pelanggan sering mengganti nomor atau alamat dengan pola yang aneh, itu bisa menjadi sinyal bahaya. - Pesanan Dalam Jumlah Besar & Tidak Wajar
Terutama untuk pelanggan baru, pesanan dalam jumlah besar tanpa negosiasi atau konfirmasi biasanya mencurigakan. - Waktu Order Tidak Normal
Order yang masuk pada jam tidak wajar (misalnya tengah malam untuk pengiriman pagi-pagi) bisa jadi perlu dicek ulang. - Pola Order Berulang Tapi Gagal Kirim
Jika sistem mendeteksi pola pesanan yang sering gagal, mungkin ada indikasi aktivitas fiktif.
Tips Pencegahan Order Fiktif di Era Digital
Menghadapi order fiktif bukan perkara mudah. Tapi kabar baiknya, pelaku usaha kini punya banyak cara untuk meminimalkan risikonya, terutama dengan memanfaatkan teknologi dan sistem kerja yang lebih tertata.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh pelaku bisnis, terutama yang berjualan secara online maupun hybrid (online + offline):
1. Verifikasi Data Pelanggan Sebelum Produksi
Untuk pesanan besar atau pelanggan baru, lakukan konfirmasi manual lewat chat, telepon, atau pesan otomatis sebelum pesanan diproses.
Langkah sederhana ini bisa mencegah kerugian besar akibat pesanan palsu yang ternyata tidak bisa dikonfirmasi.
2. Gunakan Sistem Pembayaran yang Aman
Prioritaskan metode pembayaran non-tunai atau pembayaran digital untuk pesanan online. Dengan begitu, kamu tidak perlu menanggung biaya produksi atau pengiriman jika order ternyata tidak valid.
Selain itu, kamu bisa juga gunakan platform kasir digital seperti POSe untuk memastikan semua transaksi tercatat dan bisa dilacak dengan mudah, dari siapa, kapan, dan lewat kanal mana order masuk.
3. Pantau Pola Order dan Catatan Transaksi
Bisnis yang sudah menggunakan sistem kasir digital seperti POSe bisa lebih mudah membaca pola transaksi.
Misalnya, ketika ada pesanan dengan jumlah tak wajar atau pelanggan yang sering gagal bayar, data ini akan terekam dalam laporan harian. Dari situ, kamu bisa mengambil keputusan cepat: apakah pesanan perlu diverifikasi ulang atau tidak.
4. Gunakan Integrasi Online Order yang Tertata
Jika kamu menerima pesanan dari banyak kanal (WhatsApp, marketplace, atau aplikasi pesan antar), penting untuk mengelolanya dalam satu sistem.
Dengan integrasi seperti yang ada di POSe, pesanan dari berbagai sumber bisa masuk ke satu dashboard kasir. Ini membantu tim operasional memastikan tidak ada order ganda, salah input, atau potensi order fiktif yang lolos tanpa verifikasi.
5. Bangun SOP Internal untuk Order Online
Tetapkan standar operasional yang jelas:
- Pesanan besar harus dikonfirmasi manual.
- Pelanggan baru wajib mengisi data lengkap.
- Pembayaran tunai hanya untuk pelanggan tetap.
Dengan SOP yang terstruktur dan didukung pencatatan otomatis dari kasir digital, risiko kerugian karena order palsu bisa ditekan tanpa menambah beban kerja tim.
Baca Juga: Dari Tunai ke QRIS: Evolusi Sistem Transaksi di Era Digital
Kesimpulan
Order fiktif adalah ancaman nyata di era digital yang bisa menimpa siapa saja, baik pelaku usaha kecil maupun bisnis besar. Namun, dengan sistem yang tepat dan strategi pencegahan yang matang, risiko ini bisa ditekan seminimal mungkin.
Daripada terus rugi karena order palsu, kini saatnya Anda mengamankan bisnis dengan teknologi kasir digital yang lebih cerdas dan terintegrasi.
Hanya dengan Rp1.000/hari, Anda bisa:
- Mengelola transaksi dengan mudah.
- Menerima pembayaran tunai & non-tunai.
- Mengecek laporan penjualan langsung dari HP.
Gunakan POSe – Aplikasi Kasir Digital Terbaik untuk UMKM Modern! Cegah order fiktif, pantau transaksi online dan offline dalam satu sistem, dan lindungi bisnis Anda dari kerugian yang tidak perlu. Coba GRATIS POSe Sekarang dan Rasakan Bedanya!