
Pernahkah kamu duduk di satu tempat makan dan bingung mau pilih sate, ramen, atau es kopi? Semua ada, dan tinggal pilih di satu lokasi saja. Nah, tempat seperti itu dikenal dengan pujasera, singkatan dari pusat jajanan serba ada. Tapi tahukah kamu bahwa konsep pujasera ini bukan hanya soal tempat makan ramai dengan banyak pilihan menu, melainkan juga peluang bisnis besar yang kini makin modern dan digital?
Yuk, kita bahas lebih dalam, mulai dari sejarahnya, cara kerjanya, hingga bagaimana teknologi ikut mengubah wajah pujasera zaman sekarang.
Apa Itu Pujasera dan Bagaimana Sejarahnya di Indonesia
Secara sederhana, pujasera (Pusat Jajanan Serba Ada) adalah tempat makan yang terdiri dari berbagai stan atau tenant kuliner di bawah satu pengelola. Setiap tenant menjual menu berbeda, sementara fasilitas umum seperti tempat duduk dan kebersihan dikelola secara kolektif.
Pujasera pertama kali muncul di Indonesia sekitar era 1980–1990-an. Saat itu, pemerintah dan pelaku usaha mulai menggagas konsep tempat makan bersama yang rapi, higienis, dan terorganisir, sebagai alternatif dari warung tenda atau pedagang kaki lima.
Tujuannya sederhana: menciptakan ruang kuliner yang nyaman untuk semua kalangan. Biasanya, pujasera dibangun di kawasan strategis seperti taman kota, kompleks perkantoran, hingga terminal atau stasiun.
Namun kini, konsep pujasera sudah naik kelas. Dari yang dulunya sekadar deretan kios sederhana, sekarang berubah menjadi “food court modern” dengan desain kekinian, tenant pilihan, hingga sistem pembayaran digital.
Baca Juga: Peluang Bisnis Street Food 2026: Strategi Laku Keras di Era Digital
Jenis-Jenis Pujasera yang Ada Saat Ini
Seiring berkembangnya tren gaya hidup dan digitalisasi, pujasera kini hadir dalam berbagai bentuk dan konsep baru. Berikut beberapa jenis pujasera yang umum ditemui di Indonesia:
a. Pujasera Tradisional
Biasanya berlokasi di ruang publik atau taman kota. Tenant-nya UMKM lokal dengan harga terjangkau.
Konsep ini menonjolkan keragaman kuliner daerah dan suasana santai.
b. Pujasera Komersial
Terletak di area perkantoran, perumahan, atau pusat bisnis. Tenant-nya bisa campuran antara UMKM dan brand kuliner modern.
Sistemnya sering berbasis sewa kios bulanan.
c. Pujasera Modern / Food Court
Versi lebih rapi dan digital. Menggunakan desain kekinian, sistem pembayaran non-tunai, hingga kasir terpusat (POS System).
Biasanya ditemukan di mall, gedung perkantoran, atau area wisata.
d. Pujasera Tematik
Jenis ini mengusung tema khusus, seperti pujasera kopi, pujasera makanan Korea, atau pujasera halal.
Konsepnya lebih lifestyle-driven dan menarik bagi generasi muda.
e. Pujasera Hybrid
Menggabungkan area fisik dan digital. Tenant tidak hanya berjualan di lokasi, tapi juga melayani pesanan online lewat platform delivery.
Model ini sedang naik daun karena cocok dengan tren omnichannel food business.
Pujasera vs Food Court vs Street Food Market — Apa Bedanya?
Meskipun terdengar mirip, tiga istilah ini punya nuansa berbeda:
- Pujasera: Biasanya dikelola oleh satu pengelola utama dan diisi oleh berbagai tenant lokal atau UMKM. Suasananya lebih santai dan dekat dengan budaya kuliner Indonesia.
- Food Court: Lebih identik dengan mall atau pusat perbelanjaan besar. Tenant-nya bisa brand nasional atau franchise besar, dengan konsep serba modern dan layout seragam.
- Street Food Market: Konsep yang lebih bebas dan “festival-like”. Banyak ditemukan di ruang terbuka dengan sistem event temporer.
Singkatnya, pujasera adalah jembatan antara pasar tradisional dan food court modern, tempat di mana suasana lokal dan efisiensi bisnis modern bertemu.
Aspek | Pujasera | Food Court | Street Food Market |
Lokasi | Area publik, kompleks perumahan, atau ruang terbuka | Mall atau gedung komersial | Acara temporer di ruang terbuka |
Tenant | UMKM lokal, brand kecil-menengah | Brand besar atau franchise | Pedagang kecil & kreatif |
Suasana | Santai, dekat dengan budaya lokal | Modern, teratur | Bebas, festival-like |
Sistem | Bisa sewa tetap atau bagi hasil | Biasanya sewa tetap | Sewa harian/event |
Dengan kata lain, pujasera adalah versi lokal dan lebih fleksibel dari food court, tapi tetap menawarkan kenyamanan dan kerapian yang dicari pelanggan masa kini.
Dari Sistem Sewa ke Revenue Share: Evolusi Model Bisnis Pujasera
Dulu, model bisnis pujasera sederhana: pengelola menyewakan kios ke tenant dengan harga tetap per bulan. Tapi tantangannya, tidak semua tenant bisa bertahan. Ada yang ramai, ada pula yang sepi.
Kini, banyak pengelola mulai beralih ke sistem revenue sharing. Artinya, pengelola mendapatkan bagian persentase dari omzet penjualan tenant.
Model ini lebih adil dan berkelanjutan karena:
- Tenant tidak terbebani biaya sewa tetap yang tinggi.
- Pengelola termotivasi untuk bantu promosi dan tingkatkan traffic pengunjung.
- Semua pihak punya tujuan yang sama: jualan rame, sama-sama untung.
Inilah salah satu alasan kenapa pujasera modern jadi favorit investor muda dan pebisnis kuliner digital.
Teknologi Manajemen Pujasera: Kasir Terpusat, E-Wallet, dan Sistem Tenant
Kalau dulu pengelolaan pujasera manual dan ribet (bayangin ngitung penjualan puluhan tenant satu per satu), sekarang semuanya bisa digital.
Beberapa teknologi yang kini banyak diterapkan antara lain:
- Kasir terpusat (centralized POS) untuk semua tenant, jadi pengelola bisa pantau penjualan secara real-time.
- Integrasi e-wallet & QRIS agar pelanggan bebas bayar pakai dompet digital apa pun.
- Dashboard monitoring tenant, di mana pengelola bisa tahu siapa tenant paling laku, kapan jam ramai, hingga stok bahan yang menipis.
Semua data ini bisa dipantau lewat satu layar saja, inilah bentuk efisiensi yang membuat pujasera semakin “melek teknologi”.
Dan kabar baiknya, sistem seperti ini bisa dijalankan dengan aplikasi kasir digital seperti POSe.
Dengan POSe, pengelola pujasera bisa mengatur banyak tenant, memantau transaksi, hingga mengelola stok tanpa perlu software rumit atau biaya tinggi.
Peluang Investasi & Tren Pujasera Digital

Tren pujasera digital makin naik daun seiring gaya hidup masyarakat yang suka kulineran di tempat yang nyaman, estetik, tapi tetap terjangkau.
Beberapa peluang yang menjanjikan antara lain:
- Pujasera tematik (misalnya, pujasera Jepang, pujasera kopi, atau pujasera UMKM lokal)
- Sistem cashless & paperless yang menarik bagi generasi muda
- Kemitraan dengan brand lokal yang ingin ekspansi tanpa buka toko sendiri
- Konsep hybrid: pujasera fisik + pemesanan online
Dengan dukungan manajemen modern dan sistem POS yang solid, pujasera bisa berkembang jadi ecosystem kuliner yang bukan cuma tempat makan, tapi juga pengalaman sosial dan digital yang menyenangkan.
Baca Juga: Aplikasi Kasir untuk Pemula: Fitur Wajib, Harga, dan Tips Pakainya!
Kesimpulan:
Jadi, apa itu pujasera? Lebih dari sekadar kumpulan kios makanan, pujasera adalah bentuk evolusi budaya kuliner Indonesia yang kini beradaptasi dengan digitalisasi dan model bisnis baru.
Dengan manajemen yang efisien, konsep revenue sharing yang fleksibel, serta sistem kasir modern seperti POSe, pengelolaan pujasera kini jauh lebih mudah, transparan, dan menguntungkan.
Ingin Kelola Pujasera Lebih Mudah dan Efisien?
Pakai POSe, aplikasi kasir digital yang dirancang untuk pengelola bisnis multi-tenant seperti pujasera, kafe, dan resto.
Hanya Rp1.000/hari Anda sudah bisa pantau semua transaksi tenant, kelola stok, laporan penjualan, hingga laporan laba rugi, semua dalam satu aplikasi.
Yuk, COBA GRATIS pakai POSe sekarang dan buat pujaseramu naik kelas jadi food court modern yang digital dan menguntungkan!